Saturday, April 19, 2014

About Sape' the traditional music from borneo island

Name: Sape > Sempeh > Sempet.

Type: Boat Lute > Plucked Chordophones.

Region: Bornao > Malaysia > South East Asia.

Dimensions: Scale length (1st specimen) 950 mm (2nd specimen) 890 mm.

Luthier: Mathew for first specimen > For second specimen -maker unknown.

Acquisition Date: 2nd specimen acquired today 2012.04.29 Sunday.

Acquisition Source: Randy Raine Reusch; Second Specimen from Ian MacKenzie.
SapeDescription: The sape is a member of the plucked cordophone family, the sape is a boat shaped lute that has a short neck. The Sape is found amongst the Dayak, Orang Olu and Penan peoples. Melodies for Sape No.2the sape are inspired from dreams there are 35 melodies in the core repertoire. There are two specific modes in which the dances are performed in "the men's long house dance" and "the woman's long house dance". Originally the sape was played for ritual music this was to induce the performers into a trance, nowadays the sape is played in social occasions. When playing the sape the player sits down in which the sape is supported by the player’s legs the sape is held close to the chest. The player mainly plucks the the lowest tuned or the bottom string and the rest of the strings are drones. Today modern sape's are often highly ornate with themes of traditional artwork from Sarawak.
Tunings of my specimens: There is generally no standard tuning, however they are tuned a fifth and an octave apart. This is achieved by placing a thumb tack on the fourth string thus achieving the octave pitch. The first playing string and the second string (first drone) are tuned in unison. The third string is tuned a fifth apart. The first specimen is tuned tuned to G G D d. The scale length of my first sape is 950 mm from nut to bridge. My first sape has 13 adjustable frets arranged in a pentatonic scale from C3 to C5 as follows C / D / E / G / A / C / d / e / g. As for my second specimen it is tuned to D D A and the scale length from nut to bridge 890 mm. The second specimen of sape has a different scale arranged from the first sape. The pentatonic scale on my first sape is characteristic amongst most sapes. On my second specimen the scale is tuned too D3 to A4 as follows D / E / F# / G / A / B / D / E / f# / a / There is a new style of sape that has 6 single strings also tuned a fifth apart, having fixed frets that correspond to a diatonic scale and also it affixed with a grounded electric pickup.
Anatomy of the Sape: The body of the sape is carved often from a single piece of wood. An indigenous species of wood is preferred for making the sape called “Tebuloh”. This species of wood is bitter and is avoided by insects. Many other types of wood can be used to make the sape. Traditional sapes have from 3 to four strings. On the top string a thumb tack is added to raise the string to an octave, according to the tuning this creates a chord when played with a melodic string. Originally the sapes had only two strings, three moveable frets, later three and four strings were added. The frets are affixed with a sticky substance called ksoot (in Thai language) ksoot is made from gutta percha. Sapes having 5 or 8 strings are quite rare. The sape has a pleasant and bright sound.
Citations: Asza.com > Sape / Rainforestmusicfestival > Borneo > Sape > Liner notes from - Masters of the Sarawakian Sape featuring Tsau Padan CD PAN 2068
original link : http://www.museumofworldmusic.com/sap.html

Friday, April 18, 2014



Yuups.. NARSIS.. itu kata pertama dari teman dan handaitaulan begitu melihat Sapeq pribadi saya yang dibuat pertengahan 2008 kemaren.
Its Ok..No Pro..i think it’s all sah–sah saja dan tidak dianggap sakit jiwa hanya karena memuat foto pribadi saya secara lugas, dan dengan sedikit sentuhan desain grafis serta metode “wrap Sticker“ hasilnya..sangat melenceng jauh dari karakter Sapeq yang ada selama ini. Tapi toh pada akhirnya (yang buat saya bangga tentunya) mereka semua menyatakan apresiasi puas pada keunikannya seraya angkat jempol tinggi-tinggi buat saya sebagai tanda penghargaan……cihuiiiii….;)
Narsis… kini bukanlah apa-apa dan telah umum di mana saja karena saat ini dunia telah (atau dipaksa) memakluminya. medianya sangat beragam, mulai dari sekedar foto, musik dan lagu, tulisan atau juga film singkat seputar pribadi kita masing-masing. Tempat memajangnya bisa di Handphone , dinding kamar, jam, transportasi pribadi atau tempat-tempat lainnya tergantung kreatifitas dari masing-masing individu. sedang di dunia maya tempatnya ada di Situs web pribadi yang 100% dari anggaran pribadi, namun bisa pula melalui perusahaan macam WordPress, Blogger, Youtube maupun situs jejaring social seperti Friendster, My Space atau facebook yang sangat mendukung serta gratis menyediakannya untuk kita gunakan sebisa mungkin .
Tujuannya sangat simple, yaitu hanya untuk sekedar gagah-gagahan dan diperlihatkan pada khayalak ramai “siapa sih kita ini..”, tapi juga tak sedikit yang serius seperti menyentuh nilai muatan sosial kegiatan yang sedang dilakukan atau juga sebagai media target marketing. Maka bukan tak lazim sekarang ini seringkali pada situs web pribadi kita dapati dari yang Norak dan kadang habis-habisan, atau ada pula yang sedikit malu-malu dan terkesan Ja’ Im (Jaga Imej) tapi sasaran utama tetap pada konteks Narsis itu sendiri he..he.. :P Karena Narsis yang dibahas disini (sebisanya mendekati makna harafiah-nya) tentunya tetaplah yang bersifat complacency sebagai tempat unjuk gigi atau media promosi pribadi dengan harapan agar orang lain dapat melihat dan menikmatinya. sedang soal penilaian, walau maunya seperti keinginan kita, tetap dikembalikan pada konsumennya.
Dengan banyakya media untuk berkarya , konteks kali ini saya memilih sapeq untuk ber-Narsis- narsis Ria, masa bodoh-lah, yang penting tak ada alasan apapun untuk saya tidak berekspresi. Dimanapun berada, apapun bentuk dan media pelampiasannya, toh bagi saya itu semua adalah untuk memuliakan Tuhan, karena dengan berkarya berarti kita tidak menyia-nyiakan karunia Tuhan dalam bentuk bakat, kreatifitas ataupun talenta yang diberikannya bagi kita semua…

Bagaimana dengan anda……SETUUU…BUH…..!!!
With Smile : Ayasdanext  [ watching me on Youtube ]

Album CD Sapeq Ting /Senar dua - Part 3 tamat.

mungkin anda semua cukup penasaran dengan sape dua senar ini, atau anda yang berkutat pada bidang kesenian dan ingin mengkoleksi daipada musik ini bisa


Judul : sapeq Liah Nlawing
track : 8
format : Audio CD
Harga : Rp. 25000

silahkan jika berminat hubungi langsung via
@ facebook
Handphone 08


demikian piembahasan tentang alat musik orang ulu suku dayak sape ting/senar dua kali ini dan sekaligus juga merupakan posting terakhir dari 3 part SAPEQ TING DUA.
semoga berkenan dan terima kasih. jikalau ada penambahan ataupun ralat tentang semua hal di topik ini saya dengan kerendahan hati MEMBUKA kesempatan sebesar-besarnya untuk di sharing dari saudara sekalian tentunya demi kelangsungan budaya warisan leluhur dan dunia.

INGAT, JANGAN PERNAH MENGHARAPKAN PERUBAHAN BAGI NEGARA JIKA MASIH SETUJU DENGAN PEMBAJAKAN..!!